Gedung Gema Nurani |
Sebagai seorang guru yang mengajar di
sekolah, saya sangat merasakan pentingnya menulis bagi seorang guru.
Dengan menulis guru dapat meningkatkan kualitasnya sebagai seorang
pendidik. Hal ini sudah saya buktikan sendiri, dengan diberinya
kesempatan saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 di
Pascasarjana UNJ, dan itu semua diawali dari berbagai prestasi nasional
yang saya raih dalam bidang tulis menulis. Tentu kalau saya tidak suka
menulis, dan tidak menganggap menulis itu penting, saya sudah cukup puas
dengan ijazah S2 saya sebagai Magister Pendidikan. Gairah belajar saya
sangat tinggi, dan itu saya lakukan dengan memperbanyak menulis dari apa
yang saya tahu dan apa yang saya bisa.
Terus terang, saya termotivasi dengan sahabat baik saya ibu Yayah.
Seorang guru sekolah dasar (SD) yang mampu menjadi doktor pendidikan.
Ketika sidang terbuka, saya datang melihat langsung beliau
mempertahankan desertasinya di depan senat dewan guru Besar Universitas
Negeri Jakarta (UNJ). Semangatnya yang membara telah membakar hati saya
untuk terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun saya
tahu, biaya untuk melanjutkan ke S3 cukup besar. Tapi saya yakin akan
ada beasiswa bila prestasi belajar saya bagus.
Kehebatan ibu Yayah yang tidak pernah
berhenti menulis membuat saya terpacu dan terpicu untuk terus menulis.
Baik menulis karya ilmiah, maupun menulis karya alamiah di blog. Baik
menulis yang disukai, maupun menulis yang dikuasai. Keajaiban menulis di
blog sudah saya rasakan seiring dengan seringnya saya memenangkan
berbagai lomba menulis.Bahkan kemudian, saya menuliskan buku pengayaan
yuk kita ngeblog! untuk siswa SMP. Alhamdulillah terpilih sebagai
pemenang pertama sayembara naskah buku pengayaan kementrian pendidikan
nasional pada tahun 2009. Kisah nyata itu saya tuliskan di blog dengan
judul Sehari dapat duit Rp. 20.000.000,-dan semoga menginspirasi kawan-kawan guru lainnya.
Perlu diketahui, menulis bagi seorang guru memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya:
- Guru dapat menuangkan ide-ide kreatifnya dari apa yang dituliskannya. Dengan menuliskan ide kreatifnya, akan ada orang yang menghargainya cepat atau lambat. Datangnya ide seringkali keluar begitu saja dalam pikiran kita, dan menulis adalah salah satu cara super untuk mendokumentasikannya. Ide kreatif terkadang muncul ketika kita melakukan aktivitas dan menulis adalah cara tepat untuk mengemukakan ide cemerlang kita. Kalau tidak segera dituliskan, kita akan cepat terlupa dan akhirnya ide kreatif itu tak akan pernah muncul di hadapan orang banyak.
- Guru dapat menunjukkan kepada dunia bahwa dirinya adalah orang yang sangat kompeten dalam bidangnya. Salah satunya dengan menulis buku dari apa yang dikuasainya. Pengalaman menulis buku, tidak langsung sekali jadi. Perlu proses yang namanya editing, dan di sinilah guru akhirnya belajar bagaimana cara merangkai kata menjadi kalimat yang mudah dicerna pembaca dan menggunakan bahasa yang efektif.
- Guru dapat menuliskan pengalaman hidupnya, dan berbagi apa-apa yang sudah diketahuinya. Pengalaman hidupnya dapat menginspirasi orang lain untuk dapat melakukan kebaikan dan kebajikan. Kisah nyata akan memberikan motivasi dan menginspirasi pembaca. Guru dapat menuliskan kisah nyatanya dalam catatan harian seorang guru. Saya memberi nama catatan harian seorang guru blogger.
- Guru dapat berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki kekuatan keimanan dan ketakwaan melalui tulisannya. Dengan IPTEK kita akan mendapatkan sesuatu ilmu yang baru, dan dengan IMTAK kita akan mendayagunakannya dalam rel yang benar. IPTEK dan IMTAK harus menyatu dalam kehidupan kita agar kita tidak hanya cerdas otak, tetapi juga cerdas watak. Pendidikan karakter bangsa harus dikembangkan dari IPTEK dan IMTAK secara terpadu.
- Guru dapat menuliskan berita dan cerita dari apa yang dialaminya sehingga berita dan cerita itu dapat menjadi sesuatu yang menarik hati pembaca. Berita menjadi sebuah reportase yang menyakinkan, dan cerita dapat membuat orang penasaran dari apa yang diceritakannya. Deskripsi dan narasi membuat orang menjadi semakin mengerti pentingnya berita terkini, dan cerita anak manusia yang selalu salah dan bangga akan dosa-dosanya. Di sinilah fungsi guru sebagai jurnalisme warga, menyampaikan kebenaran dan bukan pembenaran dari apa yang dituliskannya.
- Guru dapat menciptakan informasi baru di internet, dan tidak lagi bermental unduh atau download. Sebab kebanyakan guru sekarang ini pasrah pada paman google untuk mencari informasi di internet. Padahal tidak semua infromasi di internet itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Mental upload atauunggah harus terus dikembangkan, dan itu dimulai dari budaya menulis di kalangan guru.
- Guru dapat menambah penghasilan tambahan dari kegiatan tulis menulis, seperti menulis artikel di majalah atau koran. Penghasilan menulis opini di koran terkenal saat ini cukup lumayan dan menjanjikan. Saya sendiri pernah merasakan nikmatnya membeli susu anak sendiri dari hasil menulis. Bahkan mobil baru yang saya miliki adalah buah dari kegiatan tulis menulis.
- Guru dapat diundang sebagai nara sumber untuk kegiatan ilmiah seperti seminar nasional, workshop dan lokakarya serta kegiatan ilmiah lainnya. Guru dapat menuliskan karya tulis ilmiahnya, dan dengan menulis karya tulis ilmiah guru dapat terus memperbaiki kinerjanya sebagai seorang guru. Penelitian tindakan kelas menjadi salah satu contohnya.
- Guru dapat berinteraksi dengan peserta didiknya melalui tulisan, dan tanpa harus melulu bertatap muka. Contohnya saya pada saat ini. Kami tetap bisa melakukan pembelajaran jarak jauh. Siswa di Jakarta dan guru di Aceh. Kami berkomunikasi melalui blog, dan jadilah blog sebagai media pembelajaran. Guru memeriksa tulisan peserta didiknya dari jawaban mereka di blog guru. Bisa juga meminta siswa mengirimkan jawaban soal dari apa yang dituliskannya ke email guru.
- Guru dapat berlatih menulis dari kegiatan menulisnya setiap hari. Tak ada orang yang langsung pandai menulis. Mereka perlu berproses untuk bisa menjadi seorang penulis. Blog bisa menjadi sarana guru berlatih menulis. Namun harus diingat, penulis yang baik adalah pembaca yang rakus. Jadi jangan pernah lupa untuk melakukan literasi atau proses membaca. Baik buku teks yang dicetak maupun buku digital yang saat ini sudah banyak bertebaran di dunia maya.
Tentu semua itu akan terjadi dengan sendirinya secara alamiah bila guru
tersebut menuliskan apa-apa yang sudah dilakukannya. Apalagi bila guru
tersebut rajin membaca buku, maka segudang pengetahuan baru akan terus
bertambah. Guru tidak akan pernah kehilangan kata-kata karena dirinya
rajin membaca. Mereka yang lahap membaca, tak akan pernah lumpuh dalam
menulis.
Dalam buku Pendidikan Karakter utuh dan
menyeluruh karya Doni A Koesoema A (Penerbit Kanisius 2012) dituliskan
bahwa Pedagogi pendidikan karakter harus komunikatif, reflektif, dan
kritis. Dengan menulis, guru akan mampu mengkomunikasikan dari apa yang
ada dalam alam pikirannya, sekaligus melakukan refleksi diri dari apa
yang telah dilakukannya. Selain itu, menulis juga membuat guru menjadi
kritis dari kebijakan-kebijakan pendidikan yang terkadang kurang
bersahabat dengan pahlawan insan cendekia ini.
Dulu saya adalah seorang guru yang tidak
suka menulis. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya menjadi
sangat suka menulis. Kegiatan menulis dan membaca bagi saya seperti
kegiatan makan dan minum setiap hari. Bila saya tak menulis, maka saya
terasa lapar, dan bila saya tak membaca, maka saya terasa haus.
Begitulah terus sebaliknya. Pentingnya menulis sudah masuk dalam alam
bawah sadar saya.
Kegiatan guru menulis memang merupakan
hal yang sangat diharapkan oleh pemerintah. Guru akan terbiasa sendiri
membuat modul dan buku pembelajarannya. Guru juga akan terbiasa meneliti
dan menuliskan laporan penelitiannya. Bila itu sudah terlatih setiap
hari, maka pentingnya guru menulis sangat berarti buat guru yang sudah
melakukannya. Guru tersebut tak akan pernah kehilangan kata-kata dan
akan terus menulis dari apa yang dilihat dan dirasakannya.
Pentingnya guru menulis bagi saya adalah
guru menjadi lebih introspeksi dari apa yang sudah dilakukannya. Guru
menjadi lebih mawas diri dan terus memperbaiki kinerjanya sebagai
seorang guru yang profesional. Guru yang profesional tentu saja guru
yang mumpuni di bidangnya, dan guru akan ketahuan cerdasnya ketika dia
mampu menulis dari kompetensi yang telah dikuasainya. Interaksi antara
guru dan peserta didik akan terlihat ketika guru menuliskan pengalaman
terbaiknya atau best practise.
Akhirnya, buat apa guru menulis? Buat
bekal hidupnya dalam membangun insan cendekia yang gemar menulis dan
membaca. Tulisannya akan terjaga sepanjang masa. Dengan menulis, guru
mendokumentasikan pemikiran geniusnya. Guru akan ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan itu harus dimulai dari guru yang cerdas luar biasa
dan mau mengamalkan ilmunya diminta atau tidak diminta untuk kemajuan
dunia pendidikan. Generasi emas Indonesia harus kita siapkan, dan itu
dapat dimulai dengan sebuah gerakan guru menulis.
Sumber : OmJay