Finlandia menerapkan sistem yang terbilang unik. Tidak mengenal evaluasi akhir tahun seperti Ujian Nasional (UN). Tapi selalu ada ujian yang bukan menguji kecerdasan siswa melainkan kesuksesan guru dalam menerangkan. Tak heran jumlah siswa yang drop-out di Finlandia hanya 2 persen. Angka terendah di seluruh dunia.
Bukan hanya itu. Siswa tak terlalu banyak diberi
beban. Untuk kenyamanan belajar, pemerintah menetapkan standar 1 kelas 20 siswa
dan 3 guru. Dua guru menerangkan di depan kelas, satu lagi membantu siswa yang
terlihat kesulitan memahami materi pelajaran. Maka tidak heran bila Finlandia
menghasilkan para pelajar dengan kualitas hampir terbaik di dunia.
Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang
menyatakan setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka
yang
mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak
ditinggalkan.
Suatu taktik yang diterapkan dalam hampir setiap mata pelajar adalah
pengerahan guru bantu yang ditugasi untuk membantu murid yang
mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu. Meski demikian, siswa
ditempatkan dalam ruang kelas yang sama, tanpa memandang kemampuan
mereka dalam
pelajaran tersebut.
Menurut OECD, anak-anak Finlandia memiliki jam belajar paling pendek di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi penting lain bagi pendidikan Finlandia. Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain. Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama pada usia tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga bersemangat untuk mulai belajar.
Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi sekolah yang mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka. Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga ditunjang budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal. Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can be more atau sedikit bisa jadi lebih banyak. Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari resep-resep politik. Kombinasi, menurut keyakinan orang Finlandia, berarti bahwa tidak ada anak yang tertinggal
Menurut OECD, anak-anak Finlandia memiliki jam belajar paling pendek di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi penting lain bagi pendidikan Finlandia. Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain. Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama pada usia tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga bersemangat untuk mulai belajar.
Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi sekolah yang mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka. Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga ditunjang budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal. Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can be more atau sedikit bisa jadi lebih banyak. Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari resep-resep politik. Kombinasi, menurut keyakinan orang Finlandia, berarti bahwa tidak ada anak yang tertinggal
Finlandia resmi menjadi bagian dari komunitas Eropa
pada bulan maret tahun 1992. Nama resmi negara ini adalah Republik Finlandia,
tetapi penduduk Finlandia memanggil Negara mereka “suomi” yang berarti
pulau rawa dan danau. Finlandia memiliki luas area 338.145 km dengan jumlah
penduduk 5.223.442 jiwa. Sebelum tahun 1990 Finlandia menggantungkan pendapatan
negaranya pada sektor pertanian. Tetapi sekarang Finlandia terkenal sebagai
salah satu pusat teknologi dunia. Sebut saja Nokia dan semua orang langsung
mengenalinya sebagai produk dari Finlandia.
Semuanya itu tidak lepas dari lonjakan perkembangan
pendidikan yang dilakukan Finlandia. Dari tahun 2000 sampai tahuun 2009
Finlandia masuk ke jajaran top di peringkat PISA (Programme for International
Student Assessment). Dengan sumber daya yang terbatas dan anggaran yang lebih
kecil ($3.000 dollar lebih kecil dari Amerika, dihitung per anak) Finlandia
mampu menghasilkan murid-murid yang lebih unggul dari pada murid-murid di
Amerika dalam bidang Science dan Math.
Apa rahasianya? Mari kita cermati bersama-sama dari
tiga aspek: politik, guru proses dan kebudayaan.
Politik
Berawal dari kebijakan eksekutif Finlandia yang
menginginkan Negara mereka maju dalam bidang tekhnologi. Pada tahun 1990
Finlandia melakukan desentralisasi pendidikan dan mengadakan beberapa kebijakan
utama seperti: kurikulum nasional yang ketat, gelar master bagi semua guru
bukan lagi sarjana, dalam satu kelas terdapat sampai tiga guru (dua guru fokus
pada penyampaian materi, satu guru menemani mereka yang masih tertinggal dalam
pelajaran).
Satu yang perlu dicatat, perubahan politik yang
terjadi di Finlandia tidak merubah kebijakan pendidikan, sehingga apa yang
diprogramkan terus berjalan. Hasilnya hanya dalam 14 tahun Finlandia menjadi
Negara dengan pendidikan nomor satu di dunia dengan tingkat drop out murid
hanya 2%.
Guru
Guru merupakan profesi yang sangat dihargai meski
gaji mereka pun tidak tinggi. Hal ini diperkuat dengan kebijakan perekrutan guru
yang sangat ketat di Finlandia sehingga guru menjadi profesi yang prestisius.
Sebagai perbandingan, di amerika 47% guru berasal dari 1/3 mahasiswa dari peringkat
bawah (akademik), di Finlandia calon guru berasal dari mahasiswa 10 besar di
kampus, yang masih akan disaring dengan lebih ketat. Dalam masa training calon
guru ditemani satu guru senior yang akan memberikan umpan balik atas materi
yang akan diajarkan dan cara mengajar di kelas. Dengan demikian calon guru akan
memiliki lebih banyak manfaat dari pengalaman guru senior.
Profesi guru di Finlandia sangat menarik dan
menantang. Guru bahkan memiliki peran yang penting dalam pembuatan dan
perubahan kurikulum. Penilaian (assessment) murid pun lebih besar dilakukan oleh
guru bukan dengan sistem Ujian Nasional. Hal ini sengaja dibuat agar kaum muda
tertantang untuk mengajar dan memanfaatkan apa yang telah mereka dapatkan
dengan gelar masternya.
Proses
Pendidikan di Finlandia menekankan pada pentingnya
deteksi dan intervensi dini akan kesulitan atau hambatan yang ditemui murid.
Berbeda dengan kebanyakan negara yang umumnya mendeteksi kesulitan dengan
mengadakan evaluasi yang biasanya hanya mengukur satu komponen. Finlandia
bertindak dengan cara yang berbeda. Pendidikan di FInlandia percaya bahwa
deteksi dini dan intervensi dini adalah bagian dari proses belajar mengajar
yang dilakukan. Sehingga setiap anak yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran akan dideteksi lebih dini dan disediakan bantuan individual
secepatnya untuk menangani masalah tersebut.
Bagaimana guru kelas di Finlandia bisa melakukan hal
ini? Jawabnya ada pada jumlah guru yang bisa mencapai tiga orang untuk satu
kelas. Selain itu rata-rata jam mengajar guru Finlandia lebih kecil 111 jam
dibandingkan rata-rata jam mengajar guru di negara yang tergabung dalam OECD
(guru OECD rata-rata mengajar 703 jam selama setahun sedangkan guru Finlandia
mengajar 592 jam selama setahun). Waktu ekstra guru di FInlandia lebih banyak
digunakan untuk mendukung murid yang memerlukan perhatian khusus.
Murid yang memerlukan perhatian khusus akan di bawa ke kelas yang terpisah dan disediakan rencana pembelajaran individual. Dengan melakukan hal ini, pendidikan Finlandia menjamin bahwa tidak ada murid yang tertinggal dalam pembelajaran. Jangan salah paham, tindakan ini mereka lakukan dengan sangat elegan. Di Finlandia bahkan ada banyolan yang mengatakan bahwa murid khusus adalah murid yang selama pendidikannya belum pernah mendapatkan perhatian khusus. Hal ini menandakan bahwa di Finlandia pemberian perhatian khusus di kelas yang terpisah merupakan hal yang wajar.
Dukungan bagi guru yang menemui murid dengan kebutuhan perhatian khusus disediakan melalui tim perkembangan murid yang ada disetiap sekolah di Finlandia. Tim perkembangan murid ini terdiri dari guru kelas, psikolog sekolah, konselor pendidikan, dan kepala sekolah. Tim ini bertemu setiap minggu membicarakan kasus yang ditemui murid-murid seperti kekerasan, kesulitan belajar, dan perilaku non social. Setiap kasus dicari solusinya secara individual. Sehingga guru tidak merasa sendirian dalam menangani anak yang memerlukan perhatian khusus.
Kebudayaan
Masyarakat Finlandia sangat menghargai pendidikan.
Hal ini terlihat terutama dari penghargaan masyarakat terhadap profesi gugu.
Suasana kekeluargaan yang akrab sangat terasa di dalam rumah-rumah warga
Finlandia. Dalam suatu wawancara dengan wartawan BBC, beberapa orang tua
mengaku sedikit memaksa anaknya untuk berprestasi. Tetapi hal itu mereka
lakukan dalam jangkauan yang wajar.
Bagaimana dengan Indonesia? Yuk kita lakukan yang
bisa kita lakukan. Bagi orang tua mari kita hadirkan suasana yang menyenangkan
untuk anak belajar di rumah. Sebagai guru, yuk mari kita tingkatkan pengetahuan
dan terus belajar cara mengajar dari guru-guru yang lebih senior dan ahli.
Sebagai pemangku kebijakan, yuk mari ciptakan kebijakan yang memberi situasi
yang kondusif untuk perkembangan pendidikan kita. Source : http://flashnetku.blogspot.com/2015/07/rahasia-kehebatan-pendidikan-finlandia.html