PENDIDIKAN adalah kebutuhan bagi setiap individu. Pendidikan itu
sendiri dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan
keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat
seseorang menjadi lebih baik. Berdasarkan artikel BBC yang diterbitkan
pada tanggal 27 November 2012, sistem pendidikan di Indonesia menempati
peringkat terendah di dunia. Lantas apa yang membedakan antara
pendidikan Indonesia dengan pendidikan di berbagai negara lain. Kita
ambil contoh negara Jerman.
Pertama, metode pembelajaran. Di Jerman, siswa-siswinya melalui tes
penentuan minat dan bakat terlebih dahulu sebelum kemudian memulai jalur
sekolah yang akan diambil. Berbeda dengan di Indonesia dimana setiap
siswa-siswinya diharuskan mempelajari pelajaran-pelajaran yang telah
ditentukan oleh sekolah. Suka atau tidak suka, siswa-siswinya harus
mempelajari pelajaran-pelajaran tersebut untuk dapat mencapai standar
nilai yang telah ditentukan oleh sekolah. Padahal jika dipikir kembali,
setelah lulus dari sekolah tersebut dan terjun ke dunia kerja,
siswa-siswi itu pun tidak menggunakan seluruh ilmu yang telah mereka
pelajari.
Mereka melupakan rumus-rumus matematika. Mereka melupakan nama
batu-batuan yang mereka temukan dalam Geografi. Alasannya adalah mereka
tidak menyukai pelajaran tersebut dan mereka tidak menggunakannya dalam
pekerjaan mereka. Akhirnya apa yang telah siswa-siswi itu lalui selama
sekolah pun tidak terbuang sia-sia. Namun bagaimana jika, sistem
pendidikan di Indonesia menggunakan sistem pendidikan di Jerman dimana
siswa-siswinya melalui tes penentuan minat dan bakat terlebih dahulu.
Pastilah, siswa-siswi Indonesia dapat mengoptimalkan bakat dan minat
mereka sehingga setelah lulus sekolah, mereka langsung siap untuk terjun
ke dunia kerja.
Penduduk di Indonesia sungguh banyak. Dari sabang sampai merauke.
Apabila Indonesia mampu menggunakan sistem pendidikan di Jerman ini maka
Indonesia akan memiliki segenap sumber daya manusia yang berkualitas,
yang sudah siap untuk terjun ke dunia kerja, juga yang berpotensi
membuka lapangan kerja atau berwirausaha. Dengan begini, tingkat
pengangguran yang tinggi perlahan-lahan akan menyusut. Ternyata dengan
satu solusi, kita dapat melahirkan solusi-solusi baru yang dapat
membantu bangsa dan negara kita.
Kedua, Ujian Nasional. Inilah persoalan yang paling sering
diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Banyak siswa-siswi Indonesia
yang berpendapat bahwa ujian nasional adalah syarat kelulusan yang tidak
adil. Bayangkan saja, siswa-siswi Indonesia belajar selama tiga tahun
untuk menghadapi ujian kelulusan dengan lima puluh nomor. Yang ingin
dipertanyakan adalah mengapa belajar selama tiga tahun untuk mengisi
lima puluh nomor tersebut? Kalau begitu, saya yakin siswa-siswi bisa
belajar intensif selama 3 bulan dan juga mampu mengisi lima puluh nomor
tersebut.
Selain itu, ujian nasional juga merusak akhlak masyarakat Indonesia
karena kita sering mendengar berita siswa atau siswi yang bunuh diri
akibat tidak lulus ujian. Berita-berita tersebut pun membuat orangtua
tidak kalah sibuk dari anak-anaknya. Mereka mengikutkan anak-anaknya les
disana-sini. Anak-anak tertekan, orangtua pun tertekan. Kita juga
sering mendengar paket contekan yang beredar menjelang ujian nasional.
Berbagai trik-trik menyontek pun telah disiapkan oleh siswa-siswi demi
mencapai nilai yang mereka inginkan. Mari, kita evaluasi kembali. Apakah hal-hal seperti ini yang
diharapkan oleh Indonesia? Indonesia tentu mengharapkan negara sejahtera
di bidang apapun terutama di bidang pendidikan. Namun ternyata,
pendidikan di Indonesia belum mampu mensejahterahkan masyarakatnya
dikarenakan oleh sistem-sistem yang salah. Semua ini dirangkum
berdasarkan kegelisahan dan kekecewaan siswa-siswi di Indonesia yang
sejak dulu mengharapkan perubahan-perubahan yang lebih baik.
Semoga
setelah ini, muncullah tokoh-tokoh pendidikan yang peduli dalam
membangun pendidikan di Indonesia juga muncul kesadaran dari pemerintah
Indonesia dalam merencanakan perubahan. Karena pada akhirnya, pendidikan di Indonesia-lah yang menentukan segala
aspek kehidupan di Indonesia. [fha/islampos/HelenT/writing]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar